Pengamat kebijakan
publik, Andrinof Chaniago memaparkan, ada sembilan hal yang menjadi penyebab
macet di ibu kota.
Pertama, ruas jalan
jauh di bawah kebutuhan normal yang seharusnya 20 persen dari total luas kota.
Saat ini, lahan jalan Jakarta hanya 6,2 persen saja dari total lahan.
Kedua, moda angkutan
umum belum sesuai dengan kebutuhan di kota besar. Menurut Andrinof, angkutan
umum utama di Jakarta harusnya berupa bus dan kereta yang bisa mengangkut
penumpang dalam jumlah besar.
"Namun, yang
terjadi saat ini Jakarta masih dilayani 16 ribu angkot. Jumlah angkot harus
diciutkan drastis," kata dia saat memberikankultwit di akun
Twitter-nya @andrinof_a_ch.
Penyebab ketiga yaitu
minimnya jembatan penyeberangan orang atau terowongan penyeberangan orang.
Sehingga orang kerap kali menyeberang beramai-ramai saat arus lalu lintas
sedang tinggi. Ini tentu menghambat laju kendaraan.
Keempat, karena
kebijakan perumahan perkotaan yang salah. Rumah susun di Jakarta jumlahnya amat
kecil. Akibatnya, orang menyebar ke daerah pinggir. "Penyebaran rumah ke
pinggir membuat orang lama dan banyak berada di jalan," ujar
Andrinof.
Penyebab kelima
karena banyaknya persimpangan jalan yang belum memiliki bangunan fly
over maupun underpass. Keenam, angka urbanisasi dan
pertumbuhan penduduk di pinggir Jakarta amat tinggi. Jumlahnya di atas 4,5
persen per tahun. Sementara, mayoritas dari mereka bekerja di Jakarta.
Penyeban ketujuh,
yaitu karena banyaknya titik bottleneck, seperti di pintu-pintu
masuk jalan tol.
Sementara penyebab
nomor delapan yaitu karena kurangnya angkutan massal seperti bus dan
kereta. Penyebab terakhir, yaitu karena buruknya tata ruang dan kesalahan
pemberian ijin bangunan seperti mall dan ruko. "Di luar sembilan penyebab
tersebut, ada dua masalah fundamental di masa lalu, yaitu kepemimpinan
birokrasi dan tata kelola anggaran," ujar pengamat dari Universitas
Indonesia itu.
(Sumber: http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/13/12/19/my13jf-ini-9-penyebab-kemacetan-di-jakarta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar